Kudengar desis ular dalam sajakmu,
ular itu mematuk dadaku berkali-kali
“Kita hanyalah mimpi penyair yang tak tau caranya tidur”
Lalu kau tersenyum
merayakan sekuntum sumpah telah mekar di pangkal lidahmu
Dendammu sehijau kutuk di pucuk pinus
jatuh sehelai daun,
tumbuh sehutan unggun.
0 Komentar